Selasa, 12 Mei 2015


MAKALAH
Metabolisme Glukoneogenesis
Mata Kuliah Biokimia
                                   





                            Disusun oleh :
          Arifin
Nim : 1351010526



                UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO
               FAKULTAS PETERNAKAN
                                    2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul”metabolisme glukogeonesis”
Shalawat beserta salam kita curahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammmad SAW atas perjuangan beliau dan para sahabatnya sehingga kita dapat merasakan dan menikmati dunia yang penuh dengan berbagai ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Purwokerto,31 Desember 2014 

Penulis 



Arifin













DAFTAR ISI
                                                                                                                  Halaman
LEMBAR JUDUL...........................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................4
1.2. Tujuan........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Glukoneogenesis................................................................................5
2.2 Glukoneogenesis melibatkan glikolisis siklus asam sitrat dan beberapa                    
      reakskhusus...........................................................................8
2.3 Glikolisis dan glukoneogenesis mempunyai lintasan yang sama tetapi
      arahnya berbeda............................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................11
3.3 Daftar Pustaka............................................................................................11






















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

           Glukoneogenesis merupakan istilah yang digunakan untuk mencakup semua mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab untuk mengubah senyawa nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Subtrat utama bagi glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Hati dan ginjal merupakan jaringan utama yang terlibat, Karena kedua organ tersebut mengandung komplemen enzim-enzim yang diperlukan.
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam makanan. Pasokan glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi sistem syaraf dan eritrosit. Kegagalan pada Glukoneogenesis biasanya berakibat fatal. Kadar glukosa darah di bawah nilai yang kritis akan menimbulkan disfungsi otak yang dapat mengakibatkan koma dan kematian. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliserida-gliserol, dan mungkin mempunyai peran di dalam mempertahankan kadar intermediat pada siklus asam sitrat dibanyak jaringan tubuh. Bahkan dalam keadaan lemak memasok sebagian besar kebutuhan kalori bagi organisme tersebut, selalu terdapat kebutuhan basal tertentu aaakan glukosa. Glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob. Unsur ini merupakan prekursor gula susu (laktosa) di kelenjar payudara dan secara aktif diambil oleh janin. Selain itu, mekanisme glukoneogenik dipakai untuk membersihkan berbagai produk metabolisme jaringan lainnya dari darah, missal laktat yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit, dan gliserol yang secara terus-menerus diproduksi oleh jaringan adipose. Propionat, yaitu asam lemak glukogenik utama yang dihasilkan dalam proses digesti karbohidrat oleh hewan pemamah biak, merupakan substrat penting untuk Glukoneogenesis di dalam tubuh spesies ini

1.2  Tujuan

1.Menjelaskan tentang metabolisme glukoneogenesis
2.Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Biokimia



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Glukoneogenesis
           Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai glukosa yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa akhirnya berasal dari katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan dalam sel darah merah dan otot dalam keadaan anaerobik juga dapat berperan sebagai substrat untuk glukoneogenesis. Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang sama dengan glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan, glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.

glukokinase
1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP

fosfofruktokinase
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP

piruvatkinase
3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP


Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.

Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Perubahan ini dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase. Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin untuk aktivitasnya. Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP (guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase.
Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-1,6-bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.
Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara termodinamika ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan dan diubah dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang memerlukan energi. Dua fosfat berenergi tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP. ATP tambahan digunakan untuk melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH pada perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul piruvat digunakan pada sintesis satu glukosa, maka setiap molekul glukosa yang disintesis dalam glukoneogenesis, sel memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis dan glukoneogenesis tidak dapat bekerja pada saat yang sama. Oleh karena itu, ATP dan NADH yang diperlukan pada glukoneogenesis harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama asam lemak.
Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk glukoneogenesis, tetapi lemak hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon yang digunakan sebagai substrat. Ini sebagai akibat struktur siklus asam sitrat. Asam lemak yang paling banyak pada manusia yaitu asam lemak dengan jumlah atom karbon genap didegradasi oleh enzim -oksidasi menjadi asetil-KoA. Asetil KoA menyumbangkan fragmen 2-karbon ke siklus asam sitrat, tetapi pada permulaan siklus 2 karbon hilang sebagai CO2. Jadi, metabolisme asetil KoA tidak mengakibatkan peningkatan jumlah oksaloasetat yang tersedia untuk glukoneogenesis. Bila oksaloasetat dihilangkan dari siklus dan tidak diganti, kapasitas pembentukan ATP dari sel akan segera membahayakan. Siklus asam sitrat tidak terganggu selama glukoneogenesis karena oksaloasetat dibentuk dari piruvat melalui reaksi piruvat karboksilase.
Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa disediakan oleh katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum ditemukan mengalami degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses glukoneogenesis melalui reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lainnya diubah menjadi zat antara 4 atau 5 karbon dari siklus asam sitrat sehingga dapat membantu meningkatkan kandungan oksaloasetat dan malat mitokondria. Dari 20 asam amino yang sering ditemukan dalam protein, hanya leusin dan lisin yang seluruhnya didegradasi menjadi asetil-KoA yang menyebabkan tidak dapat menyediakan substrat untuk glukoneogenesis.

Pengaturan Glukoneogenesis
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar kedua lintasan ini bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari cadangan jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini mengakibatkan peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena asam amino secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar asam amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan menghambat piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk menjadi piruvat.
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase diperantarai oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat. Pembentukan dan pemecahan senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang diatur oleh fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat sejajar dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya meningkat bila glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6- bisfosfat secara alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat fruktosa 1,6-bisfosfatase. Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan glukoneogenesis dihambat. Bila kadar glukosa turun, peningkaan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan glukoneogenesis.


2.2 Glukoneogenesis melibatkan glikolisis siklus asam sitrat dan beberapa reakskhusus

Krebs menegaskan bahwa penghalang energi merintangi pembalikan sederhana reaksi glikolisis antara piruvat dan fosfoenolpiruvat, antara fruktosa 1,6-bisfosfat dan fruktosa6-fosfat antara glukosa 6-fosfat dan glukosa, serta antara glukosa 1-fosfat dan glikogen. Semua reaksi ini bersifat non-ekuilibrum dengan melepas banyak energi bebas dalam bentuk panas dan karenanya secara fisiologis tidak reversibel. Reakri-reaksi tersebut dielakkan oleh sejumlah reaksi khusus.
1.      Piruvat dan Fosfoenolpiruvat.
Di dalam mitokondria terdapat
a.       enzim Piruvat karboksilase, yang dengan adanya ATP, Vitamin B biotin dan CO2 akan mengubah piruvat menjadi oksaloasetat. Biotin berfungsi untuk mengikat CO dari bikarbonat pada enzim sebelum penambahan CO2 pada piruvat.
b.      Fosfoenolpiruvat karboksinase, mengatalisis konversi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat. Fosfat energi tinggi dalam bentuk GTP atau ITP diperlukan dalam reaksi ini, dan CO2 dibebaskan. Jadi, dengan bantuan dua enzim yang mengatalisis transformasi endergonik ini dan laktat dehidrogenase, maka laktat dapat diubah menjadi fosfoenolpiruvat sehingga mengatasi penghalang energi antara piruvat dan fosfoenolpiruvat.
2.      Fruktosa 1,6-bisfosfat dan fruktosa 6-fosfat: Konversi fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, yang diperlukan untuk mencapai pembalikan glikolisis, dikatalisis oleh suatu enzim spesifik, yaitu fruktosa 1,6-bisfosfatase. Enzim ini sangat penting bila dilihat dari sudut pandang lain, karena keberadaanya menentukan dapat-tidaknya suatu jaringan menyintesis glikogen bukan saja dari piruvat tetapi juga dari triosafosfat. Enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase terdapat di hati dan ginjal dan juga telah diperlihatkan di dalam otot lurik. Enzim tersebut diperkirakan tidak terdapat dalam otot jantung dan otot polos.
3.      Glukosa 6-fosfat dan glukosa: Konversi glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh enzim fosfatase yang spesifik lainnya, yaitu glukosa 6-fosfatase. Enzim ini terdapat di hati dan ginjal tetapi tidak ditemukan di jaringa adipose serta otot. Keberadaanya memungkinkan jaringan untuk menambah glukosa ke dalam darah.
4.      Glukosa 1-Fosfat dan Glukogen : Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dilaksanakan oleh enzim fosforilase Sintesis glikogen melibatkan lintasan yang sama sekali berbeda melalui pembentukan uridin disfosfat glukosa dan aktivotas enzim glikogen sintase.
Enzim yang penting ini memungkinkan pembalikan glikolisis memainkan peran utama di dalam glukoneogenesis. Hubungan antara glukoneogenesis dan lintasan glikolisis. setelah transminasi atau deaminasi, asam amino glukogenik membentuk piruvat atau anggota lain siklus asam sitrat. Dengan demikian, reaksi yang diuraikan di atas dapat menjelaskan proses konversi baik asam amino glukogenik maupun laktat menjadi glukosa atau glikogen. Jadi, senyawa laktat membentuk piruvat dan harus memasuki mitokondria sebelum konversi menjadi oksaloasetat serta konversi akhir menjadi glukosa langsung.
Propionat merupakan sumber utama glukosa pada hewan pemamah-biak, dan memasuki lintasa glukogenesis utama lewat siklus asam sitrat setelah proses konversi menjadi suksinil KoA. Propionat pertama-tama diaktifkan dengan ATP dan KoA oleh enzim asil-KoA sintetase yang tepat. Propionil –KoA, yaitu produk reaksi ini, menjalani reaksi fiksasi CO2 untuk membentuk D-metilmaloni-KoA, dan reaksi ini dikatalis oleh enzim propionil-KoA karboksilase. Reaksi fiksasi ini analog dengan fiksasi CO2 dalam asetil-KoA oleh enzim asetil KoA karboksilase , yaitu sama-sama membentuk derivat malonil dan memerlukan vitamin biotin sebagai koenzim.D-Metilmalonil KoA harus diubah menjadi bentuk stereoisomernya, yakni L-metilmalonil-KoA, oleh enzim metilmalonil-KoA rasemase, sebelum langsung isomerisasi akhir senyawa tersebut menjadi suksinil KoA oleh enzim metilmalonil-KoA isomerase yang memerlukan vitamin B12 sebagai koenzim. Definisi vitami B12pada manusia dan hewan akan mengakibatkan ekskresi sejumlah besar metil malonat (Basiduria metilmalonat).
Meskipun lintasan ke arah suksinat merupakan jalur utama metabolisme, propionat dapat pula digunakan sebagai molekul yang mempersiapkan proses sintesis asam lemak di jaringan adipose dan kelnjar payudara dengan jumlah atom karbon ganjil pada molekul tersebut. Asam lemak C15 dan C17terutama ditemukan di dalam lemak hewan pemamah-biak. Dalam bentuk seperti itu, lemak tersebut merupakan sumber asam lemak yang penting di dalam makanan manusia dan akhirnya akan dipecah menjadi propionat di jaringan tubuh.
Gliserol merupakan produk metabolisme jaringan adipose dan hanya jaringan yang mempunyai enzim pengaktifnya, gliserolkinase, yang dapat menggunakan senyawa gliserol. Enzim ini, yang memerlukan ATP, ditemukan di hati dan ginjal di antara jaringan lainya. Gliserol kinase mengatalis proses konversi gliserol menjadi gliserol 3-fosfat. Lintasan ini berhubungan dengan tahap triosafosfat pada lintasan glikolisis, karena gliserol 3-fosfat dapat dioksidasi menjadi dihidroksiaseton fosfat oleh NAD+ dengan adanya enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase. Hati dan ginjal mampu mengubah gliserol menjadi glukosa darah dengan menggunakan enzim di atas, beberapa  enzim glikolisis dan enzim spesifik pada lintasan glukoneogenesis, yaitu fruktosa-1,6-biofosfatase serta glukosa–6-fosfatase.

2.3  Glikolisis dan glukoneogenesis mempunyai lintasan yang sama tetapi arahnya berbeda, maka kedua proses ini harus diatur secara timbal balik.

Perubahan keberadaan substrat bertanggung jawab langsung atau tidak langsung atas sebagian besar perubahan di dalam metabolisme. Fluktuasi pada konsentrasi substrat di dalam darah yang disebabkan oleh perubahan keberadaanya di makanan bisa mengubah laju sekresi hormon yang selanjutnya akan mempengaruhi pola metabolisme pada lintasa metabolik-sering dengan mempengaruhi aktivitas enzim-enzim penting, yang mencoba mengompensasi perobahan-awal keberadaan substrat.
Ada tiga tipoe mekanisme yang diketahui bertanggung jawab atas pengaturan aktivitas enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat yaitu :
1.      Perubahan laju sintesis enzim.
2.      modifikasi kovalen oleh fosforilasi yang reversibel.
3.      efek alosterik.











BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

          Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah asam amino - asam amino, asam laktat, dan gliserol. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dengan jumlah yang mencukupi dalam makanan.

3.2 Saran
          Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar kedua lintasan ini bekerja serentak
            
3.3 Daftar Pustaka

 (di unduh pada tanggal 27/12/14 jam 13.33 wib)
 (di unduh pada tanggal 27/12/14 jam 14.05 wib)
 (di unduh pada tanggal 27/12/14 jam 14.20 wib)

Satwa Harapan


MAKALAH
Hewan Satwa Harapan
Mata Kuliah Dasar Ternak Potong Dan Kerja
                                   





                            Disusun oleh :
          Arifin
Nim : 1351010526



                UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO
               FAKULTAS PETERNAKAN
                                    2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul”hewan satwa harapan”
Shalawat beserta salam kita curahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammmad SAW atas perjuangan beliau dan para sahabatnya sehingga kita dapat merasakan dan menikmati dunia yang penuh dengan berbagai ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Purwokerto,25 Desember 2014 

Penulis 



Arifin













DAFTAR ISI
                                                                                                                  Halaman
LEMBAR JUDUL...........................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ..............................................................4
1.2. Perumusan  masalah..............................................................4
1.3. Tujuan........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Satwa Harapan................................................................................5
2.2 Hewan Anoa.........................................................................7
2.3 Morfologi.....................................................................7
2.4 Habitat,Penyebaran Dan Pergerakan.....................8
2.4 Pakan............................................................................9
2.5 Reproduksi...........................................................................9
2.6 Populasi..........................................................................................9
2.7 Status Perlindungan...............................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................11
3.3 Daftar Pustaka............................................................................................11






BAB I
PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang
           Perkembangan usaha peternakan telah sampai pada upaya perluasan jenis-jenis hewan yang diusahakan untukdiambil hasilnya. Perluasan ini dibuktikan dengan munculnya istilah baru, yaitu‘satwa harapan’. Berdasarkan perbedaan dari definisi antara hewan dan ternak,dimana hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik yang dipeliharamaupun yang liar. Ternak adalah hewan piaraan yang kehidupannya diatur dandiawasi oleh manusia serta dipelihara khusus untuk diambil hasil dan jasanyabagi kepentingan hidup manusia. Satwa harapan dapat didefinisikan sebagai binatang atau satwa selain binatang yangdipelihara/diternakan tersebut dan diharapkan apabila diusahakan dapat menghasilkan bahan dan jasa seperti ternak. Berbagai jenis satwa harapantersebut, contohnya antara lain ; burung (burung puyuh,ayam hutan), cucak rawa,reptil (ular,buaya), ikan arwana, kupu-kupu, banteng, rusa, gajah dan anoa.

 1.2 Perumusan Masalah
          Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
Bagaimana cara mendomestikasi hewan anoa ?

 1.3 Tujuan
1.Menjelaskan cara mendomestikasi hewan anoa
2.Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Dasar Ternak Potong Dan Kerja













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Satwa Harapan
Pada umumnya, alasan utama manusia melakukan budidaya satwa liar adalah karena alasan ekonomis yang berasal dari bermacam-macam produk, misalnya ; daging,minyak, gading/tanduk/taring, kulit sampai pada pemanfaatan bulu dan nilai keindahan dari kekhasannya. Salah satu cara budi daya dan pengembangan satwa liar menjadi komoditi domesti adalah domestikasi atau penangkaran. Ada beberapa pola yang dikembangkan, yaitu game ranching dangame farming.Game ranching adalah penangkaran yang dilakukan dengan sistem pengelolaan yang ekstensif. Ada dua arti yang berbeda (Robinson dan Bolen, 1984), pertama, suatukegiatan penangkaran yang menghasilkan satwa liar untuk kepentingan olah raga berburu, umumnya jenis binatang eksotik, kedua, adalah kegiatan penangkaran satwa liar untuk menghasilkan daging, kulit, maupun binatang kesayangan,seperti misalnya burung, ayam hutan dan sebagainya. Pola penangkaran ini telah berkembang di Afrika, Amerika Serikat dan Australia. Di Indonesia sendiri pola ini telah di coba dikembangkan untuk jenis-jenis ayam hutan, burung, reptil(buaya, ular, penyu) dan ungulata(rusa, banteng dan anoa).
Pola yang kedua adalah game farming, yaitu kegiatan penangkaran satwa liar dengan tujuan untuk menghasilkan produk-produk seperti misalnya kulit, bulu, minyakdan taring/gading/tanduk. Dalam pola ini dikembangkan juga penjinakan untuk keperluan tenaga kerja, misalnya gajah.
Prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakaan sejumlah satwa liar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi selanjutnya pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari keturunan-keturunan yang berhasil dari penangkaran tersebut. Ada empat syarat untuk mengembangkan komoditi domestik melalui penangkaran agar diperoleh hasil maksimal, yaitu :
  •  Obyek (satwa liar), perlu memperhatikan populasinya di alam apakah mencukupi atau tidak, kondisi species (ukuran badan, perilaku) dan proses pemeliharaan sertta pemanfaatannya. 
  • Penguasaan ilmu dan teknologi, meliputi pengetahuan tentang ekologi satwa liar serta dikuasainya teknologi yang sesuai dengan keadaan perkembangan dunia. 
  • Tenaga terampil untuk menggali dasar ekologi ataupun cara pengelolaan pada proses penangkaran
  • Masyarakat, berkaitan erat dengan sosial budaya dan diharapkan sebagai sasaran utama dalam proses pemasaran produk
Penangkaran dalam rangka budi daya dilakukan dengan sasaran utama komersiil terutama dari segi peningkatan kualitasnya, sehingga metode yang diterapkan lebih ditujukan untuk peningkatan jumlah produksi yang ditentukan oleh kaidah-kaidah ekonomi dan dikendalikan pasar. Metode  ini menerapkan teknologi reproduksi yang tinggi, seperti misalnya : inseminasi buatan, transplantasi embrio, agar dapatdihasilkan keturunan jantan yang baik, sehingga terjadi peningkatan genetik.Namun demikian, ini hanya boleh dilakukan bagi satwa/binatang hasil penangkaran pertama karena menyangkut nilai sosila etis dan undang-undang tentang perlindungan satwa liar yang merupakan satwa langka.
Suatu alasan yang sangat penting agar peternakan satwa liar dapat dikembangkan adalah karena satwa liar mempunyai daya adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan ternak lain, selain proses pengelolaannya jauh lebih mudah dan hasilnya sangat memuaskan. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk memperbesar kemungkinan domestikasi/penangkaran adalah anggapan bahwa satwa liar tidak dapat didomestikasikan adalah karena kualitas keliaran. Hal ini sama skali tidakbenar, sebab mamalia liar dapat dijinakan sama mudahnya seperti yang lain(Ertingham, 1984). Hal lainnya yang perlu juga diperhatikan adalah pendapat bahwa pada domestikasi ada satu atau dua spesies yang tidak dapat mengeksploitasi potensi vegetasi makanannya secara penuh seperti pada saat mereka hidup di alam bebas. Hal ini mungkin ada benarnya dan dapat dibuktikan pada satwa-satwa domestik seperti misalnya jenis hewan pemakan semak (sapi dan kambing), pemakan rumput (domba). Sapi akan memakan hijauan sampai pada tingkat tertentu dan kambing akan merumput maupun memakan semak apabila terpaksa. Hal ini berarti bahwa mereka mampu memanfaatkan suatu selang vegetasi yang luas meskipun ada tumbuh-tumbuhan yang tidak mereka makan.
Dari segi sosial ekonomi, hal-hal penting yang perlu diperhatikan tidak berhubungan langsung  dengan ternak obyeknya. Segi ekonomi lebih mengarah pada ada/tidaknya modal sebagai penyedia input dan kelangsungan proses penangkaran sebagai produksinya dan pertimbangan akan hasil yang dikeluarkan sebagai outputnya. Segi sosial, lebih mengarah pada ketaatan terhadap undang-undang(sosial etis) dan kesiapan untuk menerima  dan melakukan proses domestikasi/penangkaran terhadap satwa liar ini.
Nampaknya masa depan satwa liar sebagai suatu sumber daya yang dapat di eksploitasi dan dikembangkan sebagai suatu faktor penambah keanekaragaman hewan domestic sangat bagus prospeknya, sebagai contoh,  peternakan Gazzella (sejenis rusa) telah dipraktekan dan hasilnya sangat memuaskan selama bertahun-tahun di Afrika Selatan.  Bahkan peternakan ini mampu menyerap tenaga kerja sekitar 3000 orang dengan produksi lebih dari tiga juta kilogram daging pertahun.  Indonesia dengan potensi sumber daya yang tinggi dimana terdapat beraneka ragam binatang lebih meningkatkan pengembangan dan memasyarakatkan sistem domestikasi/penangkaran ini. Suatu contoh yang berkembang di Indonesia adalah sapi Bali (Bos sondaicus). Jenis ini telah membudidaya di masyarakat dan telah mempunyai status  sosial, bahkan penyebarannya telah sampai keAustralia. Satwa liar yang mempunyai potensi sama besarnya adalah rusa dan anoa yang didukung  dengan populasinya yang masih banyak.
Potensi-potensi tersebut dengan alasan di atas hendaknya digali dan dikembangkan dengan system domestikasi sebagai langkah awalnya. Selain itu, pola-pola penangkaran yang telah dikembangkan masyarakat tradisional seperti dilakukan masyarakat dipedalaman Irian Jaya terhadap buaya, yang termasuk kategori farming perlu dikembangkan dan ditingkatkan dengan memberi bimbingan ke arah pola penangkaranprofesional, sehingga hasilnya optimal.

2.2 Hewan Anoa
Anoa, sejenis sapi kerdil yang hidup di hutan tropis Sulawesi. Anoa memiliki nama yang berbeda sesuai dengan etnis yang ada. Di Minahasa dan sekitarnya anoa disebut Buulu Tutu, Bandogo Tutu dan di Gorontalo disebut Sapi Utan, Dangko atau Langkau. Di bagian tengah Sulawesi Suku Kaili menyebutnya Nuua dan di Dampelas disebut Baulu. Etnis Kulawi di dataran tinggi Sulawesi Tengah menamainya Lupu, di Buol Toli-Toli anoa dinamai Bukuya. Di bagian tenggara Sulawesi, dalam bahasa daerah Tolaki, anoa dikenal dengan nama Kadue. Di daerah Malili termasuk sekitar Danau Matano penduduk menyebut anoa dengan nama Anuang. Dalam bahasa Indonesia, satwa ini dikenal dengan nama anoa, namun ada juga yang menyebutnya sapi hutan atau sapi cebol (Mustari, 2003).
2.3 Morfologi
Anoa adalah hewan berkuku genap, bentuk kepala menyerupai kepala sapi, tanduk mengarah ke belakang. Tinggi badan berkisar 69 cm sampai 106 cm. Saat ini, ada dua jenis anoa (Bubalus spp.) yang kita kenal, yakni Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa gunung (Bubalus quarlesi). Anoa dataran rendah memiliki warna putih di bagian metacarpal, panjang ekor mencapai lutut, rambut lebih jarang pada individu dewasa, potongan melintang pangkal tanduk ‘triangular atau bersegi tiga’ dan terdapat ‘wrinkled’ atau berupa spiral pada bagian dasar sampai pertengahan panjang tanduk, panjang tanduk 27,1-37,3 cm pada anoa jantan dan 183-260 mm pada anoa betina; panjang tengkorak 29,8-32,2 cm pada jantan dan 290-300 mm pada betina.
Anoa gunung memiliki warna tungkai sama dengan warna badan, ekor pendek, tidak mencapai lutut, potongan melingkar pangkal ekor bulat, tidak ada ‘wrinkled’ atau garis-garis cincin pada setengah panjang tanduk, panjang tanduk berkisar 14,6-19,9 cm, dan panjang tengkorak 24,4-29 cm. Anoa gunung memiliki rambut warna coklat cerah, terdapat bercak putih kecil di bagian atas kuku, rambut panjang, lembut dan menyerupai wool, ekor pendek, sekitar 18 cm, jarang mencapai lebih dari setengah panjang pangkal ekor ke lutut belakang, bagian dalam telinga berwarna coklat tua. Tinggi bahu 63 cm, dan panjang tanduk 15-25 cm.

Klasifikasi Ilmiah
·         Phylum          : Chordata
·         Subphylum     : Vertebrata
·         Klas               : Mammalia
·         Subklas          : Theria
·         Infraklas         : Metatheria
·         Ordo               : Artiodactyla
·         Subordo          : Ruminantia
·         Famili             : Bovidae
·         Genus             : Bubalus
·         Subgenus        : Anoa
·         Spesies           : Bubalus depressicornis, Bubalus quarlesi

http://sinarharapan.co/sh_img/14/08/25/m/140825076Anoa.jpg

2.4 Habitat,Penyebaran Dan Pergerakan
Anoa (Bubalus spp.) merupakan penghuni hutan yang hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa dan apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya. Habitatnya di hutan tropika dataran, savanna, kadang-kadang dijumpai di rawa-rawa. Anoa memiliki kebiasaan berkubang atau berendam digenangan air di hutan pantai yang berbatasan langsung dengan hutan bakau pada siang hari yang terik.
Satwa ini juga termasuk perenang dan pendaki gunung yang ulet, mereka sering dijumpai berenag dipantai. Kebiasaan anoa yang lain yaitu mengasah atau meruncingkan tanduknya pada pohon-pohon tertentu, menggaruk tanah di sekitar tempat pembuangan kotorannya disepanjang lintasannya di dalam hutan. Satwa tersebut aktif baik pada siang hari maupun pada malam hari. Tambahan lagi makhluk ini termasuk satwa liar yang sangat peka, gangguan sedikit saja menyebabkan satwa ini menjauh.
Menurut Amir (2008), dalam catatan penelitian (progress report) STORMA, pergerakan Anoa (Bubalus spp) berlangsung secara berkelompok maupun sendiri, dan bergerak dari tempat yang rendah menuju tempat yang lebih tinggi dan begitupun sebaliknya. pergerakan ini dilakukan untuk mencari makan ataupun minum dan melakukan istirahat. Pergerakan ini umumnya bergerak dengan radius sampai 3,5 km atau lebih. Sedangkan menurut Tikupadang dan Misto (1994), luas daerah jelajah Anoa yang diteliti di Cagar Alam Faruhumpenai Mangkutana seluas 5.000 hektar.

2.4 Pakan
Di alam bebas Anoa liar memakan “aquatic feed” antara lain berupa pakis, rumput, tunas pohon, buah-buahan yang jatuh, dan jenis umbi-umbian. Berdasarkan pengamatan Pujaningsih, et al., (2005) dan beberapa peneliti dilaporkan bahwa Anoa dataran rendah kadang-kadang juga minum air laut yang diduga untuk memenuhi kebutuhan mineral mereka. Di dataran tinggi, Anoa menjilat garam alami dalam rangka pemenuhan kebutuhan mineralnya. (Malik et al., 2004; Pujaningsih, 2005).




2.5 Reproduksi
Kemampuan bereproduksi terjadi pada umur 2 tahun hingga 3 tahun. Masa bunting dari 276 hari sampai 315 hari, bayi anoa yang dilahirkan hanya satu ekor. Anoa bisa bertahan hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun. Saat dilahirkan, bayi anoa bulunya berwarna cokelat keemasan atau kekuningan dan sangat tebal. Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring dengan perkembangannya (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010)

2.6 Populasi
Sedikit data yang bisa didapatkan mengenai jumlah populasi pasti dari Anoa Pegunungan. Saat ini diperkirakan jumlah populasi dari seluruh Anoa Pegunungan sekitar 3000 hingga 5000 ekor. Populasinya menurun dari tahun 1900, hal ini diakibatkan oleh berkurangnya habitat, perburuan dan penembakan illegal. Diperkirakan kurang dari 2.500 ekor individu dewasa. Populasi dari anoa sudah sangat mengkhawatirkan, karena subpopulasinya yang berada pada area hutan lindung seperti Taman Nasional Lore Lindu juga mengalami penurunan jumlah populasi yang diakibatkan oleh tingginya perburuan. Ada tiga area dimana jumlah populasi anoa menurun drastis, yaitu di Gorontalo, Buol, dan kabupaten Tolitoli (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010)



2.7 Status Perlindungan
Anoa merupakan salah satu satwa liar langka yang dilindungi oleh negara beradasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Selain itu satwa anoa masuk ke dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) yaitu appendix 1 merupakan satwa yang hampir punah.
Anoa pegunungan biasanya diburu untuk diambil kulit, daging dan tanduknya. Selain itu pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan pertambangan emas juga semakin mengancam habitat Anoa Pegunungan, karena ia kehilangan habitatnya dan sumber makanannya, serta ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keberadaan manusia.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari sini bisa disimpulkan bahwa bahan dari sarang burung walet adalah halal. Namun, bisa menjadi haram jika sarang burung tersebut tercampur dengan kotoran. Sarang burung walet ini mengandung protein yang sangat tinggi yang disebut dengan glikoprotein,dan juga mengandung kalsium,fosfor,air dan karbohidrat yang mencapai sekitar 50 %.Burung walet merupakan burung yang berbeda dengan burung lainnnya,burung ini tidak bisa bertengger melainkan menempel di dinding-dinding. Sarang burung walet ini digunakan sebagai makanan suplemen tubuh yang memiliki kasiat yang tinggi,sarang burung walet ini juga digunakan sebagai obat penyembuh penyakit AIDS.Seperti Nabi bersabda Setiap penyakit ada obatnya.


3.2 Saran

            Karena sudah terbukti kalau sarang burung walet itu halal,masyarakat tidak perlu khawatir lagi tentang kandungan yang ada dalam sarang burung walet,tapi malah seharusnya masyarakat menanfaatkan sarang burung walet tersebut untuk hal-hal yang positif,seperti dalam masalah kesehatan,untuk dibuat obat-obat yang bermanfaat buat masyarakat

3.3 Daftar Pustaka

(di unduh pada tanggal 27/12/14 jam 13.33 wib)
(di unduh pada tanggal 27/12/14 jam 14.05 wib)
(di unduh pada tanggal 27/12/14 jam 14.20 wib)